Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 14 Januari 2013

PERUBAHAN LOGO JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN SMKN 2 GARUT

PERUBAHAN LOGO JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN SMKN 2 GARUT

LOGO LAMA


LOGO BARU


Jumat, 04 Januari 2013

Elevation and Relief (ketinggian dan Bentuk muka bumi)

A.  Definisi

Elevation (ketinggian) adalah titik di bumi yang menunjukkan jarak vertical di atas atau di bawah dari level permukaan laut.  Sedangkan Relief adalah gambar yang mewakili sebuah lereng dari sebuah bukit-bukit, lembah-lembah, sungai-sungai atau bentuk-bentuk lain dari permukaan bumi.

B.  Metode-Metode Menggambarkan Relief (Contour)

Pembuatan peta penggambaran (penampilan) reliefnya di buat dengan beberapa metode, diantaranya :

  1. Layer Tinting, yaitu metode penggambaran relief dengan bantuan warna. Masing-masing elevasi (perbedaan ketinggian suatu tempat) di bedakan dengan perbedaan warna. Masing-masing corak warna menggambarkan secara khusus ketinggian tertentu. Legenda yang di cetak pada pinggir peta sering menunjukkan tingkatan elevasi masing-masing warna. Namun, bagaimanapun metode ini tidak dapat menentukan secara tepat elevasi (ketinggian) dari suatu tempat secara tepat.

  1. Form Lines, metode bentuk garis ini bukan merupakan ukuran dari kebanyakan data garis. Form line tidak memilihi setandar elevasi dan hanya memberikan gambaran umum dari sebuah relief (contour).  Form line menggambarkan sebuah peta dengan sedikit garis dan tidak ada tanda ketinggian yang dimewakilinya.

  1. Shaded Relief, metode ini menampilkan naungan berbentuk garis atau warna akibat bayangan. Bayangan ini terbentuk dari bentuk permukaan bumi, perbukitan dan jembatan. Bayangan relief  kerap digunakan untuk menghubungkan dengan garis contour.

  1. Hachures, metode ini biasanya digunakan bersama contour line,  meski metode ini tidak menunjukkan elevasi (ketinggian) secara akurat. Metode ini secara khusus digunakan untuk peta berskala kecil untuk menunjukkan jarak gunung,  dataran tinggi, dan puncak-puncak gunung.

  1. Contour Lines, metode ini adalah metode paling akurat untuk penggambaran relief dan elevasi (ketinggian) pada peta topografi.  Contour line  mewakili secara imajiner garis-garis pada ground, di atas atau di bawah level permukaan laut.  Semua titik dalam satu garis contour memiliki elevasi yang sama.  Elevasi diwakili contaour line dengan jarak vertical di atas atau di bawah level permukaan laut. Ada 3 tipe contour line  yang digunakan pada peta topografi.  

a.       Index Contour,  titik 0 permulaan ketinggian (elevasi) dari permukaan laut .  Setiap 5 garis contour memiliki satu index contour. Ini biasa dikenal dengan index contour lines (garis indek kontur).  Pada peta topografi biasanyan indek kontur ini memiliki nomer ketinggian.  Nomer ini menunjukkan ketinggian di garis tersebut.

b.      Intermediate Contour, merupakan garis kontur yang berada diantara index contour lines (garis indek kontur) yang disebut intermediate contour lines.  Kontur ini berupa garis-garis yang tidak memiliki nomer ketinggian. Secara normal ada 4 intermediate contour lines yang ada diantara setiap indek kontur di peta topografi.

c.       Supplementary Contour, biasanya berupa garis patah-patah dan membagi sebuah kontur menjadi dua bagian serta tidak memiliki nomer ketinggian. Secara normal ditemukan ketika sangat sedikit perubahan (perbedaan nilai) pada ketinggian kontur, namun Supplementary Contour ini lebih memudahkan untuk mengetahui ketinggian suatu tempat.

C. Interval Contour

Sebelum kita menentukan ketinggian (elevasi) pada berbagai titik di peta, maka kita harus mengetahui interval kontur lebih dahulu.  Interval kontur adalah ukuran yang telah di cetak di data pinggir peta topografi yang menunjukkan jarak vertikal dari setiap garis kontur yang berdekatan.

Untuk menentukan suatu ketinggian suatu titik di peta kita mesti memperhatikan beberapa hal berikut :

a.       Tentukan kontur interval dan unit ukuran yang digunakan, seperti feet (33 cm), meter (100 cm) atau Yard.  Lihat contoh penampilannya pada peta topografi pada contoh di bawah ini.
b.  Temukan nomor garis indek kontur di dekat titik yang akan kita cari ketinggiannya (elevasinya), lihat gambar di bawah ini.

c.  Tentukan jika kamu bergerak dari elevasi rendah ke tinggi, atau pulang-pergi (vice versa).   Pada gambar di atas, poin a antara indek kontur.  Indek kontur terendah tertera 500, artinya titik tersebut berada di ketinggian 500 meter dari muka laut (dpl).  Kemudian indek kontur tertinggi tertulis 600, atau 600 meter. Jika kita bergerak dari kontur terendah ke kontur berikutnya, maka akan ada penambahan ketinggian dpl.

d.   Tentukan elevasi pada titik a, dengan memulai pada indek kontur bernomor 500 dan hitung no garis intermediate kontur ke titik a.  Temukan poin a  pada intermediate kontur kedua di atas garis kontur 500 meter.  Sementera di ketahui interval kontur 20 meter, maka salah satu dari intermediate kontur memotong poin a dan di tambah 20 meter dari indek kontur 500 meter.  Maka di dapat elevasi titik a adalah 540 meter.

e.   Tentukan titik b. dari gb. Diatas dengan memulai dari indek kontur terdekat.  Pada kasus ini, indek kontur terdekat adalah 600 meter.  Maka kita temukan lokasi titik b pada garis intermediate kontur di bawah 600 meter dari indek kontur.  Karena itu, titik b kita temukan memiliki elevasi 580 meter.  Ingat jika kita akan menambah elevasi maka kita harus menambah dari indek kontur terdekat.  Sedangkan jika kita menurunkan elevasi, maka kurangkan dengan endek kontur terdekat.

f.   Untuk titik c, di tentukan dengan menambah setengah dari harga interval kontur, pada kasus ini indek kontur 600 meter.  Kemudian tambahkan dari harga indek kontur tersebut 10 meter.  Sehingga titik c nilainya elevasinya adalah 610 meter.

Cara Menghitung titik ketinggian dengan Formula (rumus)

Ketinggian suatu titik yang berada diantara intermediate kontur dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

Rumus pertama, jika posisinya kira-kira ditengah antara intermediate kontur.  Maka berlaku rumus :     
                poin x  =  IK r  -   (1/2 x ik)

Dimana,   IK r    =  Indek kontur di bawah poin x
                 1/2      =  Perkiraan posisi poin x diantara intermediate kontur
                ik         =  Nilai interval kontur yang telah diketahui (jika tidak ada, tentukan dulu)
                Poin x  =  Nilai ketiinggian yang akan di cari

Rumus Kedua, jika posisinya kira-kira sepertiga di antara intermediate kontur.  Maka berlaku rumus : 
               poin x = IK r  -   (1/3 x ik)

Dimana,   IK r     =  Indek kontur di bawah poin x
                 1/3       =  Perkiraan posisi poin x diantara intermediate kontur
                ik          =  Nilai interval kontur yang telah diketahui (jika tidak ada, tentukan dulu)
                Poin x  =  Nilai ketiinggian yang akan di cari

Contoh :    Interval kontur 25 m, titik B diperkirakan berada di tengah antara kontur 150 m dan 175 m, maka dengan menggunakan formula di atas kita dapatkan ketinggian poin B.

Jawaban : Karena berada di tengah kita gunakan formula pertama.

poin x   = IK r  -   (1/2 x ik)
Poin B  = 150   -    (1/2 x 25)
Poin B  = 162,5 m


Cara Menghitung Harga Interval Kontur

Ada dua cara menghitung harga interval kontur, dimana masing-masing dapat diterapkan sesuai dengan kelengkapan peta topografi.

  1. Cara Pertama, jika pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta.

  1. Cara kedua, Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B). Hitung jumlah kontur antara A dan B. Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.

D. Types of Slopes (Jenis-Jenis Kemiringan Kontur)
Tergantung dengan misi militer, seorang tentara memerlukan kemampuan menentukan tinggi atau rendah suatu tempat, tetapi derajat kemiringan kontur pun sangat perlu diketahui. Sulit atau tidaknya suatu bentuk muka bumi di akan dilalui, sangat tergantung dengan dengan kemiringannya.  Kecepatan moving peralatan dan personal militer sangat ditentukan pula oleh kemiringan yang dipilih. Ada empat tipe kemiringan yang sangat penting untuk kepentingan militer :
a.   Gentle. Garis kontur yang menunjukkan bentuk yang seragam, gentle slope akan menempati area yang luas dari sebuah daerah kontur –lihat gb.--.  Pertimbangan secara militer, posisi  gentle slope akan memudahkan bagi defender/pasukan bertahan untuk melakukan sebaran tembakan/grazing fire. Sementara pasukan penyerang agak lebih mudah naik melakukan penetrasi.
Gb. gentle slope.
b.   Steep. Garis kontur yang menunjukkan bentuk yang seragam, namun tertutup secara merata karena kecuramannya.Pertimbangan secara militer, steep slope bagi defender mudah melakukan grazing fire, dan pasukan penyerang masih punya banyak kesempatan untuk serangan balik—meski sulit--.
Gb. steep slope.

c.   Concave. Garis kontur yang menunjukkan bentuk kemiringan cekung ke atas dari sebuah peta, akan tertutup pada posisi atasnya dari pandangan bawah, namun dari atas dapat memandang area bawah secara luas. Secara militer pasukan defender akan mudah mengobservasi musuh di bagian bawah, namun agak sulit melakukan grazing fire. Sementara pasukan penyerang/attacker tidak memiliki cover dari observasi dan tembakan defender. Dan akan lebih sulit bagi pihak penyerang melakukan penetrasi ke atas dengan kemiringan berbentuk concave.
Gb. Concave slope.

d.   Convex. Garis kontur yang nampak cembung ke atas dari sebuah peta akan nampak luas di bagian atas, namun tidak nampak jelas posisi bawahnya. Secara militer, defender pada posisi atas dapat menobservasi musuh, namun jangkauan sebaran tembakan/grazing fire terbatas.  Sementara pihak penyerang/attacker akan mempunyai peluang penyamaran yang baik di kemiringan tersebut dan mudah mendekati posisi defender.
Gb. Convex slope.
Gambar Garis Kontur

  • Steep slopes - contours are closely spaced (lereng curam)
  • Gentle slopes - contours are less closely spaced (lereng lembut/landai)
  • Valleys (lembah) - contours form a V-shape pointing up the hill - these V's are always an indication of a drainage path which could also be a stream or river.
  • Ridges - contours form a V-shape pointing down the hill
  • Summits - contours forming circles

Gambar Garis Kontur dua dimensi

Gambar Garis Kontur tiga dimensi

Gambar Garis Kontur tiga dimensi, Peta Topografi digital.




E. Percentage Of Slope/Persentase kemiringan

Kemampuan kecepatan personal dan pasukan bergerak naik atau turun dari suatu kontur sangat dipengaruhi darajat kemiringan atau persentase kemiringan kontur tersebut. Dengan pertimbangan ini, maka persentase kemiringan suatu kontur sangat penting diketahui dan perlu di tentukan manakala belum diketahui.
a.   Kemiringan dapat di ungkapkan dalam beberapa cara, tapi semuanya tergantung dengan perbandingan antara jarak vertical/vertical distance (VD) dengan jarak horizontal/horizontal distance (HD). Sebelum kita menentukan persentase kemiringan, kita harus mengetahui VD dari suatu kemiringan terlebih dahulu. Sementara, VD dapat ditentukan dengan cara mengurangi titik tertinggi dikurangi titik terendah. Dan untuk mengetahui titik tertinggi dan terendah kita dapat tentukan nilainya dari garis kontur pada sebuah peta topografi. 

Gb. Diagram Kemiringan
Gb. Kemiringan pada Garis kontur.

b.   Penentuan persentase kemiringan antara titik (a) dan titik (b) pada gb di atas, kita tentukan dahulu titik (b) (590 meters). Kemudian kita tentukan ketinggian titik (a) (380 meters). Penentuan jarak ketinggian antara titik (a) dan titik (b), yaitu dengan mengurangkan titik kontur yang tinggi di kurang titik kontur yang rendah, maka hasilnya 590 m dikurangi 380 m = 210 meters dan ini merupakan jarak vertikal (VD) titik (a) dan (b). Kemudian tentukan jarak horisontal (HD) antara dua titik tersebut, dari gb. Di dapat 3.000 m. Setelah jarak horisontal di dapat maka persentase kemiringan dapat di tentukan dengan menggunakan firmula di atas..



Gb. Ukuran jarak horizontal. 


Gb. Hitungan persentase kemiringan

Dari perhitungan tersebut di dapat persentase kemiringan kontur titik b ke titik a sebesar 7%. Jadi Formulanya yaitu  : 
                                                     % Slope = VD x 100 / HD
                                                                  
c.   Kemiringan juga dapat dinyatakan dalam derajat. Untuk hal ini, tentukan lebih dahulu VD dan HD kemiringan. Kemudian kalikan VD dengan 57.3, lalu bagi dengan total nilai HD. Maka berapa kemiringan dala derajat dpat dientukan berdasarkan rumus tersebut. Metode ini menentukan perkiraan derajat kemiringan dan sagat akurat untuk kemiringan kurang dari  20º.



Hitungan derajat kemiringan

Dari hasil perhitungan di dapatkan derajat kemiringan titik b ke titik a yaitu 2,9º atau dibulatkan menjadi 3º.  Dari hitungan ini kita dapatkan rumus kemiringan dalam           derajat yaitu :              
                                                º Slope =  VD x 57,3 / HD

d.   Kemiringan  dapat pula dinyatakan dalam gradient.  Hubungan antara VD dan HD dapat di nyatakan dalam pecahan dengan salah satu di nyatakan sebagai angka 1, lihat hitungan di bawah ini.  



Hitungan kemiringan dalam gradient.

F. Terrain Features (Ciri & Bentuk muka bumi)
Semua ciri dan bentuk muka bumi merupakan bentukan dari sejumlah material yang di kenal sebagai sebuah gunung atau punggung perbukitan.




Gb. Ridgeline/punggung gunung (perbukitan).

a.   Ciri & Bentuk Muka Bumi Utama
(1)    Hill, adalah  area yang berada di ketinggian. Dari posisi puncak, semua kemiringan yang menurun akan nampak secara bebas ke semua arah. Bentuk hill ditunjukkan pada peta kontur sebagai garis yang melingkar hampir sama besar.  Lingkaran ini semakin kecil ketika mendekati posisi puncak..
Gb.  Hill.

(2)    Saddle, adalah  area datar diantara dua area yang tinggi (dua puncak).  Bentuk saddle tidak memungkinkan melihat dua arah pada sisi yang berhadapan dengan dua puncak. Namun, dapat melihat bebas ke bawah pada dua sisi yang lain. Untuk kepentingan militer bentuk sadlle ini sangat penting di pahami untuk kecepatan pergerakan pasukan dan kendaraan tempur.  
Gb. Saddle.

(3)    Valley,  valley adalah bentuk muka bumi yang berlekuk, biasanya dibentuk oleh adanya aliran sungai. Sebuah valley dimulai dengan high ground (dataran tinggi) dari tiga sisi, dan biasanya merupakan hasil kikisan air dalam waktu lama.  Jika kita berdiri pada posisi valley, ada tiga arah membentur ketinggian dan satu arah ke arah bawah (ke arah aliran sungai). Garis kontur valley berbentuk  U atau V.  Untuk menentukan arah, kita bisa melihat garis konturnya.
Gb. Valley.

(4)    Ridge. Ridge adalah garis kemiringan yang berada di ketinggian tertentu. Jika kita berdiri di tengah garis sebuah ridge, secara normal ada tiga arah yang menuju ke area yang rendah dan satu arah ke kemiringan yang tajam (kearah) puncak. Garis kontur pada peta biasanya berbentuk U atau V, dan terlihat lebih lebar interval konturnya dibanding garis kontur di atas dan bawahnya. 
Gb. Ridge.





(5)    Depression. Depression merupakan titik dimana area tersebut menurun dari area sekitarnya atau disebut sinkhole. Hal ini dapat digambarkan sebagai area yang rendah secara merata ke segala arah, atau secara sederhana sebagai lubang di sebuah ground. Biasanya bentuk depressions ini memiliki ciri yang khas pada peta, karena dilambangkan sebagai garis kontur yang memiliki garis kecil-kecil di arah dalamnya. Dan biasanya bersaf-saf dengan jumlah antara dua atau tiga buah.  










sumber: http://suaraikhwanmuwahhid.blogspot.com/2012/02/bagian-7-dari-ebook-materi-training-for.html




Selasa, 01 Januari 2013

ZONA PESISIR DAN ZONA LAUT, MORFOLOGI DASAR LAUT

A. Beberapa pengertian yang berhubungan dengan zona pesisir dan laut

Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut waktu surut hingga ke arah daratan sampai batas paling jauh ombak/gelombang menjulur ke daratan. Jadi daerah pantai dapat juga disebut daerah tepian laut. Dalam bahasa Inggris pantai disebut dengan istilah “shore” atau “beach”. Adapun tempat pertemuan antara air laut dan daratan dinamakan garis pantai (shore line). Garis pantai ini setiap saat berubah-ubah sesuai dengan perubahan pasang surut air laut.






Wilayah tepian laut seperti gambar tersebut bentuknya bermacam-macam, ada yang landai dan ada pula yang curam. Tepian laut yang landai ini ada yang berpasir dan ada pula yang berlumpur. Tepian laut yang curam seperti dinding batu disebut “cliff”, pantai berpasir disebut gisik atau “sand beach” dan pantai berlumpur disebut “mud beach”.

Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada pantai. Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh masih mendapat pengaruh laut (pasang surut dan perembasan air laut pada daratan) dan wilayah laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan sedimen dari darat). Jadi jika Anda dari kejauhan masih mendengar deburan ombak dan merasakan hembusan angin laut, daerah tersebut masih disebut pesisir. Menurut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) batas wilayah pesisir ialah daerah yang masih ada pengaruh kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi (desa) nelayan.

Laut merupakan bagian dari permukaan bumi yang memiliki wilayah air asin yang
sangat luas dan terpisah dengan daratan. Wilayah laut ini menempati 2/3 atau
71% dari permukaan bumi.

B. Zona Pesisir dan zona Laut
Tahukah Anda yang dimaksud zone. Zone itu dapat diartikan daerah atau wilayah

1. Zona Pesisir
Berdasarkan kedalamannya zona pesisir dapat dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu :
a. Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di wilayah
ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah
menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayah
pasang surut.
b. Zona “Meritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang
surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh
sinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis
kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa,
Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut disekitar kepulauan Riau.
c. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki
kedalaman antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus
sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak
yang terdapat di zona meritic.
d. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat terbatas.




2. Zona Laut Indonesia
Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya lebih luas dari pada wilayah daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.

a. Batas wilayah laut Indonesia
Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982. berikut ini adalah gambar pembagian wilayah laut menurut konvensi Hukum
Laut PBB. Berikut ini adalah gambar pembagian wilayah laut menurut konvensi hukum laut PBB

Wilayah perairan laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif
1) Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24 mil
laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar disebut laut internal. 
Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau.


Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di bawah permukaan laut.
Pengumuman pemerintah tentang wilayah laut teritorial Indonesia dikeluarkan tanggal 13 Desember 1957 yang terkenal dengan Deklarasi Djuanda dan kemudian diperkuat dengan Undang-undang
No.4 Prp. 1960.

2) Zona Landas Kontinen
Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter. Indonesia terletak pada dua buah
landasan kontinen, yaitu landasan kontinen Asia dan landasan kontinen Australia.

Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. Jika ada dua negara atau lebih menguasai lautan di atas landasan kontinen, maka batas negara tersebut ditarik
sama jauh dari garis dasar masing-masing negara. Sebagai contoh di selat malaka, batas landasan kontinen berimpit dengan batas laut teritorial, karena jarak antara kedua negara di tempat itu kurang dari 24 mil laut. Di selat Malaka sebelah utara, batas landas kontinen antara Thailand, Malaysia, dan Indonesia bertemu di dekat titik yang berkoordinasi 98 °BT dan 6 °LU.

Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk menyediakan alur pelayaran lintas
damai. Pengumuman tentang batas landas kontinen ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Febuari 1969.

3) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua
negara yang bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garisgaris yang menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya. Pengumuman tetang zona
ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980.






C. Morfologi Dasar Laut
Seperti halnya bentuk muka bumi di daratan yang beraneka ragam, bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar relatif di daratan. 
Keadaan ini akibat dari erosi dan pengupasan olah arus laut.

Bentuk-bentuk muka bumi di lautan adalah sebagai berikut :
1. Landas kontinen (continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan kemiringan kira-kira 8,4 %. Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di sepanjang pantai dan menjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang merupakan
bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari Siberia kearah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa danSumatra.

2. Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter.

3. Dasar Samudra (ocean floor), meliputi:
a. Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih
dari 1000 meter.
b. The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut
(trog).

Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau.
Contoh: gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam danberpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km ataulebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut.
Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam.
Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi.
Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi.
Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.