BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian mineral
Mineralogi adalah ilmu
yang membicarakan persoalan dunia mineral. Dunia mineral merupakan bagian yang mati dari apa
yang terdapat di alam, sedangkan dunia
lain ruang hidup adalah dunia maqluk hidup dan dunia tanaman. Jadi jelas
perbedaan terletak pada dunia mineral tidak dapat berkembang biak seperti
maqluk hidup.
Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat
di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur teratur.
Benda padat homogen
artinya bahwa mineral itu hanya terdiri satu fase padat, hanya satu macam
material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya suatu persyaratan mineral-mineral
itu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak termasuk. Es adalah mineral,
tetapi air bukan mineral.
Terbentuk secara
anorganik artinya benda-benda padat
homogen yang dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka
dari itu kulit tiram (dan mutiara di dalamnya), meskipun terdiri dari calcium
carbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral
aragonit, tidak dianggap sebagai mineral.
Mempunyai komposisi kimia
pada batas-batas tertentu artinya bahwa
mineral itu ialah merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas tertentu
yang dinyatakan dengan suatu rumus . Rumus kimia mineral dapat sederhana maupun
komplek, tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan proporsi kombinasinya.
Ataom-atom yang tersusun
secara teratur merupakan ukuran dari keadaan kristalisasinya, cara ini untuk
pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat tergambar pada bentuk luar
kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan atom-atom yang teratur di dalam
kristalin yang padat telah disimpulkan dari teraturnya bentuk luar, lama
sebelum sinar X diketemukan dan membuktikan dalam hal ini. Bagaimanapun ada
pengecualian dalam batasan ini.
1.2. Maksud dan tujuan :
Maksud : dengan
mempelajari sifat fisis mineral kita dapat kita dapat membuat beberapa deduksi
mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya.
Tujuan : dengan
mempelajari sifat fisis mineral, kita dapat mengerti kegunaan mineral dalam
segi teknik karena pemakaian mineral di dalam dunia industri terutama
bergantung pada sifat fisisnya, misalnya pemakaian intan sebagai pengasah yang
baik, karena kerasnya yang luar biasa, sedangkan pemakaian kwarsa pada
alat-alat elektronik disebabkan oleh piazo elektrisnya.
Dalam modul ini hanya
dibicarakan masalah-masalah sifat fisis mineral, sesuai dengan tujuan pembelajaran kita yaitu mengenal sifat
fisis mineral, karena hanya dengan mempelajari sifat fisis mineral orang dapat
mendeterminasi ratusan mineral bahkan ribuan mineral. Dari ratusan mineral
tersebut kebanyakan adalah mineral bijih yaitu mineral yang mengandung logam.
Di dalam ketentuan umum
mineral telah dinyatakan bahwa mineral mempunyai sifat–sifat fisik dalam
batas-batas tertentu yang nanti akan kita akan dibahas dalam bab selanjutnya.
1.3. Alat dan bahan yang
digunakan
Alat yang digunakan dalam
analisa mineral secara megaskopis
adalah :
1)
Loupe : alat ini merupakan
lensa pembesar yang berguna untuk memperbesar mineral yang diamati supaya lebih
jelas butiran-butiran atau bentuk mineral yang akan diselidiki.
2)
Skala kekerasan Mosh : alat berguna untuk menentukan
kekerasan tiap mineral yang diamati dengan cara menggoreskan pada mineral yang
diamati yang dimulai dari skala yang paling keras sampai mineral tersebut dapat
tergores oleh alat skala Mosh.
3)
Keping porselin : alat ini berguna untuk menentukan
warna cerat tiap mineral yang diamati dengan cara menggoreskan mineral pada
keping porselin pada bagian yang kasar.
4)
Keping magnit :
alat ini berguna untuk menentukan apakah mineral yang diamati mengandung
gaya magnit apa tidak.
5)
Tabel sifat fisik mineral.
6)
Rapido 0,5 mm
7)
Sablon 0,5 mm
8)
Alat tulis menulis : untuk mengindentifaikasi mineral
yang diamati.
Adapun bahan yang
digunakan adalah :
1)
Potongan – potongan mineral
2)
Format isian
3)
Pensil berwarna
BAB II
SIFAT FISIS MINERAL
M
|
acam-macam sifat fisis
mineral yang terpenting dalam pengamatan mineral secara megaskopis adalah :
1.
Warna (Colour)
2.
Kilap (Luster)
3.
Cerat (streak)
4.
Belahan (cleavage)
5.
Pecahan (fracture)
6.
Kekerasan mineral (hardness)
7.
Sifat dalam (tetanitas)
8.
Berat jenis (specific
gravity)
9.
Kemagnitan (magnitisme)
10.
Kelistrikan (electric)
2.1. Warna.
Warna mineral adalah
warna yang kita tangkap dengan mata bilamana mineral tersebut terkena sinar.
Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh campuran
atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada mineral tersebut.
Banyak pula mineral yang dinamakan berdasarkan warna mineralnya misalnya :
Albit (bahasa Yunani albus = putih)
Chlorit (bahasa Yunani chloro = hijau)
Melanit (bahasa Yunani melas = hitam)
Rhodonit (bahasa yunani rodon = merah jambu)
Eritorit (bahasa Yunani erythos =merah)
Warna asli dari
elemen-elemen utama pada mineral (ediochromatis),
yaitu merupakan warna yang tetap dan karakteristik, misalnya :
Pirit = kuning loyang
Magnetit = hitam
Malachit = hijau
Belerang = kuning
Azurit = biru
Warna karena adanya
pengotoran (allochromatis) ini
merupakan warna yang tidak tetap atau tidak berubah-ubah, misalnya :
Kwarsa – tidak berwarna
tetapi karena pengotoran warna dapat berubah-ubah menjadi :
-
violet (amesthyst)
-
merah jambu
-
coklat kehitam-hitaman dan lain sebagainya.
Halit – warnanya
bermacam-macam :
-
abu-abu
-
kuning
-
coklat gelap
-
merah jambu
-
dan bervariasi biru.
Di samping itu ada
beberapa elemen terutama pada mineral-mineral berat yang memberikan efek warna
tertentu, misalnya :
Mineral sekunder
mengandung :
-
Tembaga – hijau kebiruan
-
Vanadium – merah
-
Uranium – kuning
-
Mangan dalam silikat karbonat merah jambu
-
Silikat berbesi – hijau gelap sampai hitam.
Bagi orang yang
berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk membedakan, maka warna sangat
berguna untuk menentukan nama mineral. Warna berhubungan langsung dengan komposisi seprti pada mineral-mineral
yang mengandung unsur : Ti, V, Mn, Fe, Ni, Co, dan unsur-unsur Cu. Ada kalanya
warna mineral telah diperkuat oleh adanya sebuah unsur yang terdapat dalam dua
jenis valensi, misalnya pada mineral yang mengandung besi, apabila besi itu
seluruhnya terdapat dalam satu valensi (fero atau feri saja) biasanya berwarna
pucat, tetapi jika terdapat dalam dua valensi (fero dan feri) akan berwarna
hijau tua hingga hitam.
2.2.
Kilap (luster)
Merupakan sifat optis
dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi dan refraksi. Kilap sebagai
hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral . Intensitas dari kilap sebenarnya
tergantung kwantitas cahaya pantul dan pada umumnya tergantung pada besarnya
indeks refraksi mineral.
Kilap dapat dibagi mejadi ;
a) Kilap logam (metalic luster)
Mineral – mineral opak
dalam fragmen-fragmen yang tipis dan mempunyai indeks refraksi ( n = 3 ) atau
lebih pada umumnya mempunyai kilap logam, misal : pirit, galena, sulfida, logam
alam.
b) Kilap sub metalik
Kilap sub metalik
terdapat pada mineral –mineral semi opak sampai opak dan mempunyai indeks
refraksi (n = 2,6 dan 3). Contoh : mineral cuprit, cinabar, hematit, alabandit.
c) Kilap bukan logam (non metalic luster)
Kilap bukan logam biasanya terlihat pada mineral-mineral
yang mempunyai warna-warna muda dan dapat melukiskan cahaya pada bagian-bagian
yang tipis. Kilap bukan logam dapat dibadakan menjadi :
-
Kilap kaca (vitreous
luster)
Kilap seperti pada
pecahan kaca, contoh : kwarsa, flourit, halit, karbonat, sulfat, silikat,
spinel, corundum, garnet, leucit.
-
Kilap intan (adamantine
luster)
Adalah kilap yang sangat
cemerlang seperti berlian. Contoh : intan, zircon, kasiterit, belerang, rutil.
- Kilap damar (resinous
luster)
kilap seperti pada damar,
kombinasi dari warna kuning dan coklat. Contoh : sfalerit.
-
Kilap lemak (greasy
luster)
Kilap seperti lemak, seakan-akan
berlapis dengan lemak. Contoh : nefelin, halit yang sudah berhubungan dengan
udara bebas.
- Kilap sutera (
silky luster)
Kilap seperti sutera,
biasanya terdapat pada mineral-mineral yang menyerat. Misalnya : asbes,
serpenten, gips.
-
Kilap mutiara (
pearly luster)
Kilap seperti mutiara,
biasanya terlihat pada bidang-bidang belah dasar. Contoh : talk, mika, gips
yang kristalnya kasar.
- Kilap tanah (earthy luster)
Kilap yang biasanya
terlihat pada mineral-mineral yang kompak. Contoh : kapur, diatomea, kaolin,
pirolusit.
-
Kilap lilin (waxy
luster)
Kilap seperti lilin,
contoh : serpenten, cerargirit.
Pada umumnya orang dapat
dengan mudah sekali membedakan antara kilap logam, dan bukan logam. Akan tetapi
biasanya tidak dapat atau sukar melihat dengan teliti perbedaan jenis kilap
lainnya. Padahal justru perbedaan itulah yang sangat penting untuk penentuan
(determinasi) dari suatu mineral.
2.3. Cerat/gores (streak)
Cerat ini membedakan dari dua mineral yang warnanya sama
akan tetapi warna ceratnya berbeda. Gores/cerat lebih dapat dipercaya dari pada
warna, karena lebih stabil.
Mineral yang kekerasannya kurang dari 6, cerat dapat
diperoleh dengan menumbuk mineral tersebut sampai halus dengan menggunakan
palu. Mineral-mineral silikat biasanya mempunyai gores putih kadang-kadang
abu-abu coklat. Mineral-mineral oksida, sulfida, karbonat, dan phosphat,
arsenat, sulfat juga mempuyai goresan yang karakteristik. Untuk mineral-mineral
yang transparan dan translusent mempunyai kilap bukan logam mempunyai gores lebih
terang dari warnanya, sedangkan mineral-mineral
dengan kilap logam kerap kali mempunyai gores yang lebih gelap dari
warnanya. Pada beberapa mineral warna
dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Misalnya :
Cinabar –
warna dan goresnya merah.
Magnetit –
warna dan goresnya hitam
Lazurit –
warna dan goresnya biru
Tetapi juga ada mineral
warna dan goresnya berlainan.
Contohnya :
Hematit - warna abu-abu
hitam – gores hitam
Pirit – warna kuning
loyang – gores hitam
Biasanya mineral-mineral
yang transparant dan translusent mempunyai gores yang putih atau tidak
berwarna, atau warna-warna yang muda. Oleh karena itu gores ini sangat penting
untuk penentuan mineral-mineral opaque
yang sangat translusent.
Contoh :
Emas – kuning
Molibdenit – kehijau-hijauan
Grafit – hitam
2.4. Belahan
Adalah suatu sifat fisika
mineral yang mampu belah yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan
dengan palu. Yang dimaksud dengan belah di sini adalah bila mineral kita pukul
tidak hancur tetapi terbelah-belah melalui bidang-bidang belah yang licin.
Tidak semua mineral mempunyai sifat ini, sehingga dipakai istilah mudah
dibelah, sukar dibelah, atau tidak dapat dibelah. Mineral-mineral yang
mempunyai belahan yang baik adalah ;
-
Muskovit atau biotit mempunyai belahan satu arah, jadi
dapat terbelah berupa lempeng-lempeng tipis.
-
Feldsfar dan Pyroxene (augit) mempunyai belahan dua
arah tegak lurus.
-
Hornblende mempunyai belahan dua arah yang membentuk
sudut 1240.
-
Halit (NaCl) mempuyai belahan tiga arah yang saling
tegak lurus.
-
Calcite mempunyai belahan tiga arah yang tidak saling
tegak lurus.
2.5. Pecahan
Bila tidak membelah secara teratur, maka mineral akan pecah
dengan arah yang tidak teratur. Ada beberapa macam pecahan :- Concoidal :
memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan seperti
kenampakan kulit kerang atau botol pecah.
Contoh : Kwarsa.
- Splintery / fibrous : menunjukkan gejala seperti serat.
Contoh : Asbestos, Augit, Hypersthene.
- Uneven atau ireguler : permukaan kasar tidak teratur.
Contoh : garnet,
hematite, chalcopyrite.
- Hackly : permukaan
tidak teratur dengan ujung-ujungnya yang runcing.
Contoh : native metals
(Cu Ag).
2.6. Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral diperlukan untuk mendapatkan perbandingan
kekerasan mineral satu terhadap mineral yang lain, denganj cara mengadakan
saling gores antar mineral. Perlu diketahui bahwa kekerasan mineral ke segala
arah ditentukan oleh parameter tiap-tiap poros kristalografinya. Sehingga untuk
mineral satu mungkin ke segala arah sama keras dan untuk mineral lainnya
tidaklah demikian. Untuk menguji kekerasan yang lazim ditentukan dengan
menggunakan skala keras Mosh yang terdiri dari 10 macam kekerasan
berturut-turut dari yang terlunak sampai yang terkeras adalah dalam
tabel 1.
Cara menentukan kekerasan dilakukan dengan menggores
mineral skala Mosh pada mineral yang akan diselidiki. Agar tidak merusak
mineral-mineral skala Mosh dalam penentuan kekerasan kita harus selalu memulai
menguji kekerasan mineral yang diselidiki dengan mineral skala keras yang
paling keras dalam hal ini adalah intan, dan selanjutnya secara bertahap kita
turunkan pengujian dengan mineral skala keras di atasnya (lihat tabel 1).
Pengujian akan kita hentikan bila mineral yang kita selidiki tidak tergores
oleh mineral skala keras. Jadi skala kekerasan mineral itu sama dengan
kekerasan mineral skala keras yang dipakai untuk mengujinya.
Tabel 1
Skala Keras Mosh
Kekerasan
|
Mineral
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Talk
Gipsum
Kalsit
Flourit
Apatit
Ortoklas
Kwarsa
Topas
Korundom
Intan
|
Tergores kuku
Tergores kuku,
kekerasan kuku =2
Tergores pecahan botol,
atau pisau
Tergores pecahan botol,
atau pisau
Tergores dengan sukar
oleh pisau
Tergores pisau atau
pecahan botol.
Tergores pisau
Tergores pisau
Tergores pisau
Tergores pisau
|
Dalam keadaan lain dapat
juga terjadi umpama suatu mineral katakanlah tergores oleh kwarsa tetapi tidak
tergores oleh ortoklas, di sini kita hadapi mineral yang memepunyai kekerasan
6½.
Janganlah menguji pada satu muka mineral saja, tetapi juga
pada bagian muka lainnya, sebab kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak
seragam pada segala arah.
2.7. Sifat dalam (tetanitas)
Sifat mineral adalah sifat mienral itu bilamana kita
berusaha untuk mematahkannya, menghancurkannya, membengkokkannya, ataupun mengiriskannya.
Termasuk sifat dalam adalah :
- Rapuh : mudah hancur tetapi dapat dipotong-potong, contoh
pada mineral kwarsa, ortoklas, kalsit, pirit.
- Mudah ditempa : dapat ditempa menjadi lapisan yang tipis,
seperti pada emas dan tembaga.
- Dapat diiris atau sectile : dapat diiris dengan pisau,
hasil irisan rapuh. Contoh pada Gipsum.
- Fleksibel : mineral berupa lapisa tipis dapat
dibengkokkan tanpa menjadi patah dan
sesudah menjadi bengkok kembali lagi seperti semula. Contoh : pada mineral
talk, selenit.
- Elastis : berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa
menjadi patah dan kembali sebagai semula bila kita berhenti menekannya. Contoh
: mineral muskovit.
2.8. Berat Jenis (specific grafity)
Berapa gram berat mineral, jika volumenya 1 cm3.
Cara mengukur berat jenis mineral ada
beberapa macam :
1)
Dengan piknometer
2)
Dengan gelas ukur
3)
Dengan neraca air
1) Dengan piknometer
Mineral ditimbang, misal
beratnya = G gram. Piknometer penuh air dan mineral (diluar piknometer) bersama-sama ditimbang beratnya = p gram. Piknometer penuh air dimasuki mineral
kemudian ditimbang beratnya = q gram.
Berat air yang tumpah =
(p-q) gram.
Volume air yang tumpah =
(p-q) cm3.
G
Jadi berat jenis mineral = S =
----------- gram / cm3.
(p-q)
2) Dengan gelas ukur
Mineral ditimbang misal
beratnya =G gram.
Mineral diukur volumenya
dengan gelas ukur misalnya = V cm3.
Jadi berat jenis mineral
= S= G/V gram/cm3.
3) Dengan neraca air
Mineral di udara
ditimbang, beratnya = G gram
Mineral di dalam air
ditimbang , beratnya = A gram.
Gaya Archimides =FA = (G-A) gram = berat air yang dipindahkan
oleh mineral itu.
Volume air yang
dipindahkan oleh mineral itu = volume mineral itu = (G-A) cm3
G
Jadi berat mineral = S = --------- gram
/cm3.
G – A
2.9. Kemagnitan
Kemagnitan, adalah sifat mineral terhadap gaya tarik
magnit. Dikatakan sebagai Ferromagnetik bilamana
mineral dengan mudah tertarik gaya magnetik, seperti mineral Magnetit dan
Pyrrotite. Mineral-mineral yang menolak gaya magnit disebut mineral Diamagnetik ; dan mineral yang hanya tertarik oleh gaya kuat dari
elektromagnetik dkatakan sebagai Paramagnetik
.
Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau
tidak, kita gantungkan pada seutas benang
sebuah magnit dan dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan
padanya. Bila benang bergerak mendekatinya berarti mineral tersebut Magnetik.
Kuat tidaknya bisa terlihat dari besar
kecilnya sudut yang dibuat benang tersebut dengan garis vertkal.
2.10. Kelistrikan
Kelistrikan, sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi
dua yaitu sebagai pengantar arus atau konduktor
dan yang tidak mengantarkan arus listrik atau non konduktor . Di dalam praktek batas ini tidak tegas demikian
sehingga kita jumpai istilah semi
konduktor, yaitu mineral bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas
tertentu.
Ternyata terdapat keeratan hubungan antara konduktivitas
dengan arah daripada poros – poros kristalografi. Umpamanya pada mineral
Hematit konduktivitas ke arah tegak lurus poros c ada dua kali lipat bila
dibandingkan dengan rah sejajar poros c.
Beberapa mineral yang konduktiv adalah mungkin menimbulkann
muatan listrik dengan jalan merubah-rubah suhu yang disebut Pyroelectricitas atau dengan jalan
memberi tekanan tertentu atau piezoelektrisitas
. Biasanya kristal yang tidak mempunyai titik pusat simerti adalah piezoelektrik dan kristal yang berporos poler biasanya
bersifat pyroelektrik.
Sifat-sifat elektrik lainnya seperti diafanietas, Luminesensi, radioaktivitas, rabaan, rasa, dan sifat
permukaan tidak dibicarakan di dalam modul ini.
Penulis: Abdul Hakim ST